Untuk memahami ajaran Islam secara komprehensif, diperlukan pandangan yang syumul terhadap berbagai aspek yang meliputi agama itu sendiri. Di samping itu, terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mendekati dan menemukan kejelasan dalam studi Islam.
Berikut adalah beberapa bentuk pendekatan dalam studi Islam yang akan saya deskripsikan secara singkat dan padat.
a. Pendekatan Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati. Dalam kaitannya dengan studi agama, maka pendekatan Psikologis dapat diartikan sebagai penarapan metode-metode dan data psikologis ke dalam studi tentang keyakianan dan pemahaman keagamaan untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang, atau dengan kata lain, pendekatan psikologis merupakan pendekatan keagamaan yang menggunakan paradigma dan teori-teori psikologis dalan memahami agama dan sikap keagamaan seseorang.
Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam pendekatan ini adalah dengan cara mempelajari jiwa seseorang melalui perilaku yang tampak yang mungkin saja dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Dalam hal ini, pendekatan psikologis tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama atau keyakinan yang dianut seseorang, melainkan dengan mementingkan bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
Pendekatan ini dapat dilakukan ketika berhadapan dengan masalah sikap dan perilaku yang ditampakkan oleh para pemeluk agama. Penerapan pendekatan ini dalam studi Islam dapat dilihat, misalnya pada pengaruh yang ditimbulkan oleh ibadah puasa, dan haji terhadap perilaku yang nampak setelah ibadah tersebut dilakukan.
b. Pendekatan Sosiologis
Sosiologis adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan demikian, pendekatan sosiologis dalam studi agama dapat didefinisikan sebagai cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam disiplin ilmu sosiologis dan selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hal ini, pendekatan sosiologis adalah bersifat deduktif.
Pendekatan Sosiologis ini dapat diterapkan ketika berhadapan dengan objek atau persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah sosial atau untuk melihat berbagai gejala sosial, seperti masalah muamalah (interkasi antar manusia). Contoh studi Islam yang menggunakan pendekatan ini adalah adanya kenyataan bahwa apabila urusan ibadah bersamaan dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah tersebut boleh diringkas bahkan ditangguhkan (bukan berarti ditinggalkan, seperti bolehnya meng-qasar shalat dan tidak berpuasa ketika bepergian jauh, dan lain sebagainya.
c. Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pedekatan ini, maka dapat dilihat bahwa agama ternyata memiliki hubungan dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi masyarakat. Antropologi dalam kaitannya sebagai pendekatan lebih mengutamakan pengamatan langsung, bersifat partisipatif dan menimbulkan kesimpulan-kesimpulan yang induktif.
Sama seperti pendekatan lainnya di atas, pendekatan ini dapat diterapkna pada masalah-masalah keagamaan yang menyangkut pada wilayah antropologis, serta dilakukan ketika ingin berupaya untuk mengetahui latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan serta untuk melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata sosial yang terjadi di masyarakat.
Salah satu contoh dari bentuk pendekatan antropologis dalam agama adalah penelitian yang dilakukan oleh Cliford Geertz yang dilakukan pada masyarakat Jawa serta menemukan adanya tiga kelompok (kelas) keagamaan pada masyarakat Jawa, yaitu, Abangan, Santri dan Priyayi.
d. Pendekatan Historis
Pendekatan historis adalah suatu upaya untuk dapat memahami agama dengan cara memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang dan pelaku yang terdapat dalam sebuah peristiwa. Sehingga dengan demikian, secara sederhana pendekatan historis dapat pula disebut sebagai sebuah pendekatan yang meninjau suatu permasalahan dari sudut pandang sejarah, dan menjawab permasalahan serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah.
Pendekatan ini dapat dilakukan ketika menginginkan sebuah pengetahuan keagamaan yang komprehensif dan yang sebenarnya tentang suatu peristiwa atau pemahaman kegamaan, dan tentunya pada persoalan-persoalan yang mempunyai sisi-sisi sejarah (tidak bersifat a historis), seperti studi tentang munculnya sebuah teks, (termasuk teks-teks sakral semisal Al-qur`an dan Hadits ), timbulnya sebuah fatwa keagamaan dan lain sebagainya.
Adapun contoh tema studi Islam yang menggunakan pendekatan ini misalnya tergambar pada penggunaan ilmu Asbab al- nuzul yang pada intinya berkenaan dengan sejarah turunnya ayat-ayat Al-qur`an, serta penelitian yang dilakukan oleh Kuntowijoyo yang kemudian menyimpulkan bahwa pada dasarnya kandungan al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama, berisi konsep-konsep, dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Dalam konteks pendekatan dalam studi agama, perlu digarisbawahi bahwa penggunaan pendekatan-pendekatan tersebut tidak ditujukan untuk menguji kebenaran aspek esensi ajaran agama, khususnya Islam yang bersumber dari Al-qur`an dan hadits, karena dua sumber tersebut mutlak diakui kebenarannya. Akan tetapi, penggunaan beberapa pendekatan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran aspek lahiriah atau aspek pengamalan dari ajaran agama yang bersumber dari wahyu tersebut.